Anak-anak
tumbuh sehat dengan akhlakul-karimah, yang baik dan terpuji, sebagai
penyejuk mata. Hal ini didasarkan pada firman Allah yang artinya: ”Dan
orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. 25:74).
Itu
sebabnya mengapa ayat yang memerintahkan kita untuk mengonsumsi makanan
yang halal dan thayib, disambung dengan larangan mengikuti
langkah-langkah syetan: “Hai
sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya
syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. 2:168-169).
Bermula
dari makanan yang tidak halal, hal itu dapat menumbuhkan banyak
keburukan, di antaranya gemar mengerjakan maksiat dan perbuatan dosa
serta berat melaksanakan ibadah. Nah ini bisa dikatakan hidupnya tidak
berkah. Karena meskipun rizki dan hartanya banyak, badannya sehat, namun
tidak membawa kebaikan apapun. Badan sehat, namun berat untuk ibadah,
malas untuk sholat, enggan tilawah, membaca Al-Quran, dan berbagai amal
sholeh lainnya.
Sebaliknya,
dalam hal yang dilarang agama dan perbuatan maksiat, justru sangat
mudah dilakukan. Sehingga berakibat dosa dan siksa neraka. Hal ini
sesuai dengan isyarat dari Hadits Nabi saw yang mengemukakan, “Siapapun yang tubuhnya tumbuh dari (makanan) yang haram, maka api neraka lebih layak membakarnya.” (H.R. Ath-Thabrani).(Usm).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar